Rabu, 22 Februari 2012

Karya Tulis Ilmiah


KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PEMERIKSAAN HEMATOKRIT METODE MAKRO (WINRTOBE) DAN METODE MIKRO














DISUSUN OLEH

NAMA         :           UMIYATI TH ARIF
NIM              :           010.901.299
KELAS       :           G-10



PROGRAM DIII ANALISIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2011/2012







KARYA TULIS ILMIAH MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PERBEDAAN PEMERIKSAAN HEMATOKRIT METODE MAKRO (WINRTOBE) DAN METODE MIKRO








DISUSUN OLEH

NAMA         :           UMIYATI TH ARIF
NIM              :           010.901.299
KELAS       :           G-10



PROGRAM DIII ANALISIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2011/2012
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan nikmat dan karunianya sehingga penulis bisa menyusun Karya Tulis Ilmiah  ini dengan judul “Perbedaan Pemeriksaan Hematokrit Dengan Metode Makro (Winstrobe) dan Metode Mikro”.  
Mengingat pengetahuan dan pengalaman yang masih sangat kurang maka penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya masukkan yang bersifat membangun guna kesempurnaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.










DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I    PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ....................................................        1
1.2  Identifikasi Masalah ............................................................        3
1.3  Batasan Masalah .................................................................        4
1.4  Rumusan Masalah .............................................................        4
1.5  Tujuan Penelitian ................................................................        5
1.6  Metode Penulisan ...............................................................        5
BAB II   HEMATOKRIT
2.1  Defenisi Hematokrit ............................................................        6
2.2   Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Pemeriksaan Hematokrit ...................................................        9
2.3   Berbagai Sumber Kesalahan Dari
Pemeriksaan Hematokrit ...................................................      12
2.4  Macam-macam Metode yang digunakan
 Dalam Pemeriksaan Hematokrit .......................................      13
2.5  Kekurangan dan Kelebihan Dari Metode
 Makro (Winstrobe) dan Metode mikro ..............................      14
BAB III  PENUTUP
3.1  Kesimpulan ..........................................................................      15
3.2  Saran .....................................................................................      15
DAFTAR PUSTAKA



















BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Masalah
Menurut paradigma sehat, diharapkann orang tetap sehat dan lebih sehat, sedang yang berpenyakit lekas dapat disembuhkan. Perlu ditentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat serta prognosis atau ramalan penyakitnya yaitu ringan, berat, fatal.
Dalam mendiagnosa suatu penyakit, prognosis atau ramalan terhadap suatu penyakit, dibutuhkan suatu hasil yang teliti, akurat dan tepat. Oleh karena itu pemeriksaan penunjang sangat dibutuhkan dalam mendiagnosa suatu penyakit. Salah satu pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium untuk menunjang pelayanan kesehatan yang efisien, teliti dan cepat. Pemeriksaan hematologi sederhana banyak diminta oleh para dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit yang merupakan uji penyaring atau screening test. Internasional Comitee for Standarisation in Hematologi (ICSH) telah menganjurkan beberapa perbaikan dan modifikasi atau penemuan alat-alat baru untuk mengurangi kesalahan terutama pada pemeriksaan hematologi. Ada beberapa penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboraturium untuk menegakkan diagnosa seperti demam berdarah dengue (DBD), anemia dan lain sebagainya.
Penurunan kadar hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi tubuh seperti: anemia, leukimia, malnutrisi dan gagal ginjal. Sedangkan peningkatan kadar dapat terjadi pada kondisi: dehidrasi, diare berat, luka bakar, daan pembedahan.
Pada penderita DBD, pemeriksaan trombosit dan hematokrit merupakan tes awal sederhana. Dimana jumlah trombositnya kurang dari 100.000/ dan nilai hematokrit meningkat 20% lebih tinggi dari normal. Hematokrit yang meningkat merupakan hal penting karena membantu dalam mendiagnosa DBD dengan infeksi virus lain.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti, kita harus memperhatikan tahapan umum pemeriksaan, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Tahap pra analitik meliputi : permintaan tes dari dokter, persiapan pasien, persiapan alat, pengambilan spesimen serta penyimpanan spesimen. Tahap analitik meliputi : penulisan hasil dan interprestasi hasil, pencatatan dan pelaporan hasil.
Penelitian nilai hematokrit sangat bervariasi enurut masing-masing laboratorium dan metode pemeriksaan. Sejumlah variable in vivo dan in vitro turut mempengaruhi nilai-nilai tersebut dan diperhitungkan. Salah satu variabel tersebut seperti penggunaan alat atau metode yang berbeda demikian juga aktivitas otot dan suhu dingin. Dimana massa jenis darah dapat meningkat, sehingga akan terjadi pemekatan darah (hemokonsentrasi).
Setelah memahami uraian diatas, sebagai seorang tenaga analis yang bekerja di laboratorium, sering kita tidak memperhatikan pada saat kita melakukan pengambilan sampel, pemeriksaan sampel daan penggunaan alat. Itu dikarenakan oleh berbagai faktor diantaranya faktor alat yang kita gunakan dalam memeriksa sampel bermacam-macam dan dengan metode yang berbeda-beda.

1.2     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat objek yang menarik untuk dikaji dalam pemeriksaan hematokrit. Dalam pemeriksaan ini terdapat beberapa  masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut  :
1.    Definisi dari hematokrit
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit
3.    Variabel-variabel yang cenderung meningkatkan dan menurunkan nilai hematokrit
4.    Berbagai sumber kesalahan dari pemeriksaan hematokrit
5.    Macam-macam metode yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit
6.    Kekurangan dan kelebihan dari metode makro (wintrobe) dan metode mikro

1.3     Batasan Masalah
Oleh karena masalah pemeriksaan hematokrit merupakan masalah yang sangat luas untuk dibahas, maka berdasarkan identifikasi masalah dibatasi pada definisi hematokrit, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit, berbagai sumber kesalahan dari pemeriksaan hematokrit,  macam-macam metode yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit dan kekurangan serta kelebihan dari metode makro (winstrobe) dan metode mikro.

1.4     Rumusan Masalah
Agar masalah yang akan dibahas dapat terarah, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan hematokrit ?
2.    Faktor apa sajakah yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit ?
3.    Dari mana sumber kesalahan yang terjadi pada pemeriksaan hematokrit ?
4.    Metode apa yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit ?
5.    Apa kekurangan dan kelebihan dari metode makro (winstrobe) dan metode mikro ?

1.5     Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan dari hasil pemeriksaan hematokrit menggunakan metode makro (winstrobe) dan metode mikro.

1.6     Metode Penulisan
Metode pengumpulan data dilakukan melalui penelitian pustaka (buku,internet)






BAB II
HEMATOKRIT

2.1     Defenisi Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh eritrosit yang ada didalam darah yang diambil dalam volume tertentu atau volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya didalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan tertentu yang nilainya dinyatakan dalam persen (%).
Untuk tujuan ini, darah diambil dalam semprit dalam volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan ke dalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi antikoagulan. Setelah tabung tersebut diputar dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka  eritrosit akan mengendap.
Hematokrit merupakan angka yang menunjukkan persentase zat padat dalam darah, dengan demikian bila terjadi perembesan cairan darah keluar dari pembuluh darah maka akan terjadi peningkatan kadar hematokrit, sebaliknya bila terjadi pemekatan darah atau hemokonsentrasi maka kadar hematokrit akan menurun.
Penetapan nilai hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan hematologi untuk mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang dinyatakan dalam persen (%).
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan persen (%) dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Normalnya untuk pria 40-48% dan untuk wanita 37-43%.
Hematokrit merupakan angka yang menunjukkan persentase zat padat dalam darah, dengan demikian bila terjadi perembesan cairan darah keluar dari pembuluh darah, sementara zat-zat padat tetap dalam pembuluh darah maka akan terjadi peningkatan kadar hematokrit. Biasanya kadar hematokrit normal berkisar antara 3 kali nilai Hb.
Nilai hematokrit ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan digunakan juga untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Hematokrit untuk darah orang anemia lebih kecil dari normal misalnya 0,15 L/L. sedangkan pada kasus polisitemia lebih besar dari normal misalnya 0,65 L/L.
Apabila darah yang telah diberi antikoagulan diputar dengan pemusing (centrifuge) maka sel-sel darah akan mengendap, sedangkan plasma darah akan berada diatasnya.
Pada darah normal sel-sel darah akan meningkat 0,4 bagian dari volume keseluruhan. Keadaan ini disebut hematokrit atau VPRC (Volume of Packed Red Cell) yang bila dinyatakan dalam unit internasional, VPRC normal untuk pria adalah 0,45 liter/liter (L/L), untuk wanita kira-kira 0,41 L/L.
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5 – 3 mm, panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm. Volume tabung ini adalah 1 mm. Pada cara mikro digunakan pipet kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter 1 mm. Pipet kapiler ada dua macam yaitu ada yang dilapisi antikoagulan EDTA atau heparin didalamnya dan ada yang tidak dilapisi antikoagulan.
Tabung kapiler dengan antikoagulan didalamnya, dipakai apabila menggunakan darah tanpa antikoagulan seperti darah kapiler. Sedangkan tabung kapiler tanpa antikoagulan didalamnya, dipakai apabila menggunakan darah dengan antikoagulan seperti darah vena dengan tambahan EDTA.
Hematokrit biasanya ditetapkan dengan mengukur volume sel-sel darah merah padat setelah dicentrifugasi. Hematokrit dapat diukur pada darah vena atau kapiler berdasarkan perbandingan persentasse volume eritrosit / volume darah dengan metode Wintrobe atau metode mikrohematokrit.
Hematokrit juga dapat ditentukan dengan menggunakan instrument elektronik otometik. Walaupun cara otometik lebih unggul dari cara manual, namun mempunyai keterbatasan seperti harga yang cukup mahal dan penggunaannya terbatas, sehingga cara manual masih merupakan tes pilihan pada laboratorium yang belum tersedia atau memiliki alat otomatik, juga terkadang masih perlu dikonfirmasi bila ada hasil diluar kemampuan alat dengan memberikan tana flug tertentu pada hasil yang ditampilkan pada layar kemudian dalam hasil print out.

2.2     Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit
a.    Radius centrifuge
Kecepatan mengendapnya eritrosit, dipengaruhi oleh radius centrifuge yaitu semakin kecil radius centrifuge maka akan semakin cepat terjadi pengendapan eritrosit. Begitu pula sebaliknya semakin besar radius centrifuge maka akan semakin lambat terjadinya pengendapan eritrosit.
b.    Kecepatan centrifuge
Makin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya pengendapan eritrosit dan sebaliknya semakin rendah kecepatan centrifuge semakin lambat terjadinya pengendapan eritrosit.
c.    Waktu centrifuge/pemusingan
Selain radius dan kecepatan centrifuge, lamanya pemusingan juga berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan hematokrit. Makin lama waktu pemusingan maka hasil yang diperoleh semakin maksimal. Dalam proses pemeriksaan hematokrit dengan metode makro dilakukan pemusingan pada kecepatan 3000 rpm, sedangkan pada metode mikro pada kecepatan 16000 rpm terhadap sampel darah untuk memperoleh hasil yang baik. Dalam proses pemeriksaan hematokrit, pemusingan dapat mempercepat terjadinya pengendapan/penempatan eritrosit, ini disebabkan adanya gaya tarik gravitasi yang diimbangi oleh plasma yang bergeser ke atas karena adanya getaran pada dasar tabung. Sehingga akan terjadi pemisahan antara cepat bila berat sel meningkat, dan kecepatan berkurang apabila permukaan sel lebih luas. Sel-sel kecil mengendap lebih lambat daripada sel-sel yang menggumpal, karena bila sel-sel menggumpal peningkatan getah gumpalan lebih besar daripada peningkatan luas permukaan. Jadi, untuk komponen yang memiliki massa jenis lebih besar (eritrosit) akan terus bergerak/bergeser ke bawah hingga mencapai titik maksimal. Begitu pula sebaliknya untuk komponen yang memiliki massa jenis lebih kecil seperti plasma berada di atas eritrosit (menempati bagian atas tabung) hingga mengalami pemadatan/pemampatan.
d.    Perbandingan antara antikoagulan dengan darah harus tepat dan bercampur secara homogen.
Bila darah yang diperiksa sudah membeku maka sebagian hasil pemeriksaan hematokrit (pengendapan eritrosit) akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam pembekuan.
e.    Tabung yang dipakai, baik tabung wintrobe maupun tabung mikrohematokrit harus bersih dan kering.
f.     Tidak boleh terjadi/terdapat gelembung udara
g.    Ketetapan dalam membaca skala, apabila pembacaan pada skala salah maka penetapan hasil juga akan salah
h.    Penyimpanan sampel
Pemeriksaan hematokrit harus dikerjakan dalam waktu kurang dari 2 jam setelah pengambilan sampel/darah. Sampel darah yang dibiarkan terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan hematokrit menjadi lebih lambat.
Selain faktor-faktor di atas, faktor-faktor yang meningkatkan nilai hematokrit, antara lain :
a.    Statis tourniquet berkepanjangan
b.    Suhu dingin
c.    Peningkatan aktivitas otot
d.    Posisi berdiri tegak
e.    Teknik pemusingan
Adapun faktor-faktor yang menurunkan nilai hematokrit, antara lain :
a.    Volume darah yang berlebihan
b.    Posisi berbaring terlentang
c.    Kebocoran tabung selama pemusingan
d.    Teknik pemeriksaan otomatik

2.3     Berbagai sumber kesalahan dari pemeriksaan hematokrit
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada pemeriksaan hematokrit, antara lain :
a.    Pra-analitik
Pada proses ini kesalahan yang sering terjadi misalnya, persiapan pasien, mengambil sampel menggunakan semprit  dan jarum yang basah, pemasangan tourniguet yang terlalu lama sehingga terjadi hemokonsentrasi.
b.    Analitik
Pada tahap ini kesalahan dapat berasal dari :
1)    Alat : kesalahan pada alat yang digunakan misalnya pipet yang digunakan kotor, alat tidak dikalibrasi, metode yang digunakan, dll.
2)    Teknik : kesalahan teknik misalnya, volume darah tidak tepat, pencampuran tidak homogen, terdapat gelembung udara dalam pipet.
c.    Pasca-analitik
Kesalahan pada tahap ini biasanya bersifat administrativ. Salah dalam penulisan nama, umur atau alamat pasien, penulisan hasil dan pelaporan hasil.
2.4     Macam-macam metode yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit, antara lain :
a.    Metode makro (Wintrobe)
1)    Isilah tabung wintrobe dengan darah EDTA sampai tanda garis 100 diatas.
2)    Masukkanlah tabung itu ke dalam centrifuge, lalu pusinglah selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3)    Bacalah hasil penetapan itu dengan memperhatikan warna plasma, tebalnya lapisan putih diatas sel-sel merah yang tersusun dari leukosit dan trombosit (buffy coat).
4)    Volume sel-sel darah merah.
b.    Metode mikro
1)    Isilah tabung mikrohematokrit yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit dengan darah kurang lebih  tabung.
2)    Tutuplah ujung satunya dengan dempul atau nyala api.
3)    Masukkanlah tabung ke dalam centrifuge khusus yang mencapai kecepatan 16000 rpm selama 5 menit.
4)    Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau skala khusus hematokrit.
c.    Metode Automatik Analyser
1)    Masukkan darah kedalam tabung EDTA kemudian campur dengan baik hingga homogen.
2)    Masukkan darah ke dalam alat sampai ke dasar tabung.
3)    Kemudian tekan tombol star untuk memulai pengisapan.
4)    Setelah terdengar suara beep 2 kali, tabung dikeluarkan.
5)    Kemudian alat akan memeriksa secara otomatis dan akan menampilkan hasil pada layar dan setelah itu akan diprint.

2.5     Kekurangan dan kelebihan dari metode Makro (Wintrobe) dan metode mikro
Adapun kekurangan dari metode makro (wintrobe) yaitu : darah yang dipakai dalm pemeriksaan harus benar-benar tercampur atau homogen, tidak boleh menggunakan darah tanpa antikoagulan. Sedangkan kelebihannya pada metode makro (wintrobe), lapisan putih (buffy coat) jelas terlihat, intensitas warna plasma terang.
Pada metode mikro, kelebihannya yaitu darah yang digunakan sedikit, tanpa dicampur antikoagulan. Sedangkan kekurangan dari metode mikro yaitu lapisan putih (buffy coat) sukar dilihat, intensitas warna plasma juga kurang nyata.
Tetapi pada dasarnya, pemeriksaan hematokrit menggunakan metode makro (wintrobe) dan metode mikro terdapat perbedaan pada cara kerjanya, tetapi pada hasilnya tidak terdapat perbedaan.







BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan hematokrit dengan menggunakan metode makro (winstrobe) dan metode mikro, keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan. oleh karena itu, untuk melakukan pemeriksaan hematokrit bisa menggunakan salah satu metode tersebut.

3.2     Saran
Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih banyak kekurangan maka dari itu penulis mengaharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan dorongan dari semuanya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga dengan disusunnya karya tulis ilmiah  ini dengan judul “Pemeriksaan Hematokrit Metode Makro (Winstrobe) dan Metode Mikro” dapat bermanfaat bagi pembaca.





DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata R, 1984. Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Wirawan.R,1992. Pemeriksaan : Laboratorium Hematologi Sederhana. Jakarta: FK VI – RSCM
http://google.com
http://wikipedia.com
http://noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/Hematokrit