KARYA
TULIS ILMIAH
PERBEDAAN
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT METODE MAKRO (WINRTOBE) DAN METODE MIKRO
DISUSUN OLEH
NAMA :
UMIYATI TH ARIF
NIM :
010.901.299
KELAS :
G-10
PROGRAM DIII ANALISIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2011/2012
KARYA
TULIS ILMIAH MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
PERBEDAAN
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT METODE MAKRO (WINRTOBE) DAN METODE MIKRO
DISUSUN OLEH
NAMA :
UMIYATI TH ARIF
NIM :
010.901.299
KELAS :
G-10
PROGRAM DIII ANALISIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2011/2012
KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan nikmat dan karunianya
sehingga penulis bisa menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Perbedaan Pemeriksaan Hematokrit Dengan Metode Makro (Winstrobe) dan
Metode Mikro”.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman yang
masih sangat kurang maka penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan adanya masukkan yang bersifat membangun guna kesempurnaan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................ 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................. 4
1.4 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................ 5
1.6 Metode Penulisan ............................................................... 5
BAB
II HEMATOKRIT
2.1 Defenisi
Hematokrit ............................................................ 6
2.2 Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Hasil
Pemeriksaan
Hematokrit ................................................... 9
2.3 Berbagai
Sumber Kesalahan Dari
Pemeriksaan
Hematokrit ................................................... 12
2.4 Macam-macam Metode yang digunakan
Dalam Pemeriksaan Hematokrit ....................................... 13
2.5 Kekurangan dan Kelebihan Dari Metode
Makro (Winstrobe) dan Metode mikro .............................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................... 15
3.2 Saran ..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Menurut
paradigma sehat, diharapkann orang tetap sehat dan lebih sehat, sedang yang
berpenyakit lekas dapat disembuhkan. Perlu ditentukan penyakitnya dan
pengobatan yang tepat serta prognosis atau ramalan penyakitnya yaitu ringan,
berat, fatal.
Dalam
mendiagnosa suatu penyakit, prognosis atau ramalan terhadap suatu penyakit,
dibutuhkan suatu hasil yang teliti, akurat dan tepat. Oleh karena itu
pemeriksaan penunjang sangat dibutuhkan dalam mendiagnosa suatu penyakit. Salah
satu pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium untuk menunjang
pelayanan kesehatan yang efisien, teliti dan cepat. Pemeriksaan hematologi
sederhana banyak diminta oleh para dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit yang
merupakan uji penyaring atau screening test. Internasional Comitee for
Standarisation in Hematologi (ICSH) telah menganjurkan beberapa perbaikan dan
modifikasi atau penemuan alat-alat baru untuk mengurangi kesalahan terutama
pada pemeriksaan hematologi. Ada beberapa penyakit yang membutuhkan pemeriksaan
laboraturium untuk menegakkan diagnosa seperti demam berdarah dengue (DBD),
anemia dan lain sebagainya.
Penurunan
kadar hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi tubuh seperti: anemia,
leukimia, malnutrisi dan gagal ginjal. Sedangkan peningkatan kadar dapat
terjadi pada kondisi: dehidrasi, diare berat, luka bakar, daan pembedahan.
Pada
penderita DBD, pemeriksaan trombosit dan hematokrit merupakan tes awal
sederhana. Dimana jumlah trombositnya kurang dari 100.000/ dan nilai hematokrit meningkat 20% lebih
tinggi dari normal. Hematokrit yang meningkat merupakan hal penting karena
membantu dalam mendiagnosa DBD dengan infeksi virus lain.
Untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti, kita harus memperhatikan
tahapan umum pemeriksaan, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca
analitik. Tahap pra analitik meliputi : permintaan tes dari dokter, persiapan
pasien, persiapan alat, pengambilan spesimen serta penyimpanan spesimen. Tahap
analitik meliputi : penulisan hasil dan interprestasi hasil, pencatatan dan
pelaporan hasil.
Penelitian
nilai hematokrit sangat bervariasi enurut masing-masing laboratorium dan metode
pemeriksaan. Sejumlah variable in vivo
dan in vitro turut mempengaruhi
nilai-nilai tersebut dan diperhitungkan. Salah satu variabel tersebut seperti
penggunaan alat atau metode yang berbeda demikian juga aktivitas otot dan suhu
dingin. Dimana massa jenis darah dapat meningkat, sehingga akan terjadi
pemekatan darah (hemokonsentrasi).
Setelah
memahami uraian diatas, sebagai seorang tenaga analis yang bekerja di
laboratorium, sering kita tidak memperhatikan pada saat kita melakukan
pengambilan sampel, pemeriksaan sampel daan penggunaan alat. Itu dikarenakan
oleh berbagai faktor diantaranya faktor alat yang kita gunakan dalam memeriksa
sampel bermacam-macam dan dengan metode yang berbeda-beda.
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, terdapat objek yang menarik untuk dikaji dalam
pemeriksaan hematokrit. Dalam pemeriksaan ini terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Definisi
dari hematokrit
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit
3. Variabel-variabel
yang cenderung meningkatkan dan menurunkan nilai hematokrit
4. Berbagai
sumber kesalahan dari pemeriksaan hematokrit
5. Macam-macam
metode yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit
6. Kekurangan
dan kelebihan dari metode makro (wintrobe) dan metode mikro
1.3
Batasan
Masalah
Oleh
karena masalah pemeriksaan hematokrit merupakan masalah yang sangat luas untuk
dibahas, maka berdasarkan identifikasi masalah dibatasi pada definisi
hematokrit, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit,
berbagai sumber kesalahan dari pemeriksaan hematokrit, macam-macam metode yang digunakan dalam
pemeriksaan hematokrit dan kekurangan serta kelebihan dari metode makro
(winstrobe) dan metode mikro.
1.4
Rumusan
Masalah
Agar
masalah yang akan dibahas dapat terarah, maka masalah tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan hematokrit ?
2. Faktor
apa sajakah yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit ?
3. Dari
mana sumber kesalahan yang terjadi pada pemeriksaan hematokrit ?
4. Metode
apa yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit ?
5. Apa
kekurangan dan kelebihan dari metode makro (winstrobe) dan metode mikro ?
1.5
Tujuan
Penelitian
Untuk
mengetahui perbedaan dari hasil pemeriksaan hematokrit menggunakan metode makro
(winstrobe) dan metode mikro.
1.6
Metode
Penulisan
Metode
pengumpulan data dilakukan melalui penelitian pustaka (buku,internet)
BAB
II
HEMATOKRIT
2.1
Defenisi
Hematokrit
Hematokrit
adalah persentase volume seluruh eritrosit yang ada didalam darah yang diambil
dalam volume tertentu atau volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan
cara memutarnya didalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan tertentu yang
nilainya dinyatakan dalam persen (%).
Untuk
tujuan ini, darah diambil dalam semprit dalam volume yang telah ditetapkan dan
dipindahkan ke dalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran
hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi
antikoagulan. Setelah tabung tersebut diputar dengan kecepatan dan waktu
tertentu, maka eritrosit akan mengendap.
Hematokrit
merupakan angka yang menunjukkan persentase zat padat dalam darah, dengan
demikian bila terjadi perembesan cairan darah keluar dari pembuluh darah maka
akan terjadi peningkatan kadar hematokrit, sebaliknya bila terjadi pemekatan
darah atau hemokonsentrasi maka kadar hematokrit akan menurun.
Penetapan
nilai hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan hematologi untuk mengetahui
volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang dinyatakan dalam persen (%).
Nilai
hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan
persen (%) dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah
vena atau darah kapiler. Normalnya untuk pria 40-48% dan untuk wanita 37-43%.
Hematokrit
merupakan angka yang menunjukkan persentase zat padat dalam darah, dengan
demikian bila terjadi perembesan cairan darah keluar dari pembuluh darah,
sementara zat-zat padat tetap dalam pembuluh darah maka akan terjadi
peningkatan kadar hematokrit. Biasanya kadar hematokrit normal berkisar antara
3 kali nilai Hb.
Nilai
hematokrit ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan digunakan
juga untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Hematokrit untuk darah orang
anemia lebih kecil dari normal misalnya 0,15 L/L. sedangkan pada kasus
polisitemia lebih besar dari normal misalnya 0,65 L/L.
Apabila
darah yang telah diberi antikoagulan diputar dengan pemusing (centrifuge) maka
sel-sel darah akan mengendap, sedangkan plasma darah akan berada diatasnya.
Pada
darah normal sel-sel darah akan meningkat 0,4 bagian dari volume keseluruhan.
Keadaan ini disebut hematokrit atau VPRC (Volume
of Packed Red Cell) yang bila dinyatakan dalam unit internasional, VPRC
normal untuk pria adalah 0,45 liter/liter (L/L), untuk wanita kira-kira 0,41
L/L.
Penetapan
nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro
digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5 – 3 mm, panjang 110
mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm. Volume tabung ini adalah 1 mm.
Pada cara mikro digunakan pipet kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter 1
mm. Pipet kapiler ada dua macam yaitu ada yang dilapisi antikoagulan EDTA atau
heparin didalamnya dan ada yang tidak dilapisi antikoagulan.
Tabung
kapiler dengan antikoagulan didalamnya, dipakai apabila menggunakan darah tanpa
antikoagulan seperti darah kapiler. Sedangkan tabung kapiler tanpa antikoagulan
didalamnya, dipakai apabila menggunakan darah dengan antikoagulan seperti darah
vena dengan tambahan EDTA.
Hematokrit
biasanya ditetapkan dengan mengukur volume sel-sel darah merah padat setelah
dicentrifugasi. Hematokrit dapat diukur pada darah vena atau kapiler
berdasarkan perbandingan persentasse volume eritrosit / volume darah dengan
metode Wintrobe atau metode mikrohematokrit.
Hematokrit
juga dapat ditentukan dengan menggunakan instrument elektronik otometik.
Walaupun cara otometik lebih unggul dari cara manual, namun mempunyai
keterbatasan seperti harga yang cukup mahal dan penggunaannya terbatas,
sehingga cara manual masih merupakan tes pilihan pada laboratorium yang belum
tersedia atau memiliki alat otomatik, juga terkadang masih perlu dikonfirmasi
bila ada hasil diluar kemampuan alat dengan memberikan tana flug tertentu pada
hasil yang ditampilkan pada layar kemudian dalam hasil print out.
2.2
Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit
a. Radius
centrifuge
Kecepatan mengendapnya
eritrosit, dipengaruhi oleh radius centrifuge yaitu semakin kecil radius
centrifuge maka akan semakin cepat terjadi pengendapan eritrosit. Begitu pula
sebaliknya semakin besar radius centrifuge maka akan semakin lambat terjadinya
pengendapan eritrosit.
b. Kecepatan
centrifuge
Makin tinggi kecepatan
centrifuge semakin cepat terjadinya pengendapan eritrosit dan sebaliknya
semakin rendah kecepatan centrifuge semakin lambat terjadinya pengendapan
eritrosit.
c. Waktu
centrifuge/pemusingan
Selain radius dan kecepatan
centrifuge, lamanya pemusingan juga berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan
hematokrit. Makin lama waktu pemusingan maka hasil yang diperoleh semakin
maksimal. Dalam proses pemeriksaan hematokrit dengan metode makro dilakukan
pemusingan pada kecepatan 3000 rpm, sedangkan pada metode mikro pada kecepatan
16000 rpm terhadap sampel darah untuk memperoleh hasil yang baik. Dalam proses
pemeriksaan hematokrit, pemusingan dapat mempercepat terjadinya
pengendapan/penempatan eritrosit, ini disebabkan adanya gaya tarik gravitasi
yang diimbangi oleh plasma yang bergeser ke atas karena adanya getaran pada
dasar tabung. Sehingga akan terjadi pemisahan antara cepat bila berat sel
meningkat, dan kecepatan berkurang apabila permukaan sel lebih luas. Sel-sel
kecil mengendap lebih lambat daripada sel-sel yang menggumpal, karena bila
sel-sel menggumpal peningkatan getah gumpalan lebih besar daripada peningkatan
luas permukaan. Jadi, untuk komponen yang memiliki massa jenis lebih besar
(eritrosit) akan terus bergerak/bergeser ke bawah hingga mencapai titik
maksimal. Begitu pula sebaliknya untuk komponen yang memiliki massa jenis lebih
kecil seperti plasma berada di atas eritrosit (menempati bagian atas tabung)
hingga mengalami pemadatan/pemampatan.
d. Perbandingan
antara antikoagulan dengan darah harus tepat dan bercampur secara homogen.
Bila darah yang diperiksa
sudah membeku maka sebagian hasil pemeriksaan hematokrit (pengendapan
eritrosit) akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam
pembekuan.
e. Tabung
yang dipakai, baik tabung wintrobe maupun tabung mikrohematokrit harus bersih
dan kering.
f. Tidak
boleh terjadi/terdapat gelembung udara
g. Ketetapan
dalam membaca skala, apabila pembacaan pada skala salah maka penetapan hasil
juga akan salah
h. Penyimpanan
sampel
Pemeriksaan hematokrit harus
dikerjakan dalam waktu kurang dari 2 jam setelah pengambilan sampel/darah.
Sampel darah yang dibiarkan terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar
membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan hematokrit menjadi lebih lambat.
Selain
faktor-faktor di atas, faktor-faktor yang meningkatkan nilai hematokrit, antara
lain :
a. Statis
tourniquet berkepanjangan
b. Suhu
dingin
c. Peningkatan
aktivitas otot
d. Posisi
berdiri tegak
e. Teknik
pemusingan
Adapun
faktor-faktor yang menurunkan nilai hematokrit, antara lain :
a. Volume
darah yang berlebihan
b. Posisi
berbaring terlentang
c. Kebocoran
tabung selama pemusingan
d. Teknik
pemeriksaan otomatik
2.3
Berbagai
sumber kesalahan dari pemeriksaan hematokrit
Kesalahan-kesalahan
yang mungkin terjadi pada pemeriksaan hematokrit, antara lain :
a. Pra-analitik
Pada proses ini kesalahan
yang sering terjadi misalnya, persiapan pasien, mengambil sampel menggunakan
semprit dan jarum yang basah, pemasangan
tourniguet yang terlalu lama sehingga terjadi hemokonsentrasi.
b. Analitik
Pada tahap ini kesalahan
dapat berasal dari :
1) Alat
: kesalahan pada alat yang digunakan misalnya pipet yang digunakan kotor, alat
tidak dikalibrasi, metode yang digunakan, dll.
2) Teknik
: kesalahan teknik misalnya, volume darah tidak tepat, pencampuran tidak
homogen, terdapat gelembung udara dalam pipet.
c. Pasca-analitik
Kesalahan pada tahap ini
biasanya bersifat administrativ. Salah dalam penulisan nama, umur atau alamat
pasien, penulisan hasil dan pelaporan hasil.
2.4
Macam-macam
metode yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit
Metode yang digunakan dalam
pemeriksaan hematokrit, antara lain :
a. Metode
makro (Wintrobe)
1) Isilah
tabung wintrobe dengan darah EDTA sampai tanda garis 100 diatas.
2) Masukkanlah
tabung itu ke dalam centrifuge, lalu pusinglah selama 30 menit dengan kecepatan
3000 rpm.
3) Bacalah
hasil penetapan itu dengan memperhatikan warna plasma, tebalnya lapisan putih
diatas sel-sel merah yang tersusun dari leukosit dan trombosit (buffy coat).
4) Volume
sel-sel darah merah.
b. Metode
mikro
1) Isilah
tabung mikrohematokrit yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit
dengan darah kurang lebih tabung.
2) Tutuplah
ujung satunya dengan dempul atau nyala api.
3) Masukkanlah
tabung ke dalam centrifuge khusus yang mencapai kecepatan 16000 rpm selama 5
menit.
4) Bacalah
nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau skala khusus hematokrit.
c. Metode
Automatik Analyser
1) Masukkan
darah kedalam tabung EDTA kemudian campur dengan baik hingga homogen.
2) Masukkan
darah ke dalam alat sampai ke dasar tabung.
3) Kemudian
tekan tombol star untuk memulai pengisapan.
4) Setelah
terdengar suara beep 2 kali, tabung dikeluarkan.
5) Kemudian
alat akan memeriksa secara otomatis dan akan menampilkan hasil pada layar dan
setelah itu akan diprint.
2.5
Kekurangan
dan kelebihan dari metode Makro (Wintrobe) dan metode mikro
Adapun
kekurangan dari metode makro (wintrobe) yaitu : darah yang dipakai dalm pemeriksaan
harus benar-benar tercampur atau homogen, tidak boleh menggunakan darah tanpa
antikoagulan. Sedangkan kelebihannya pada metode makro (wintrobe), lapisan
putih (buffy coat) jelas terlihat, intensitas warna plasma terang.
Pada
metode mikro, kelebihannya yaitu darah yang digunakan sedikit, tanpa dicampur
antikoagulan. Sedangkan kekurangan dari metode mikro yaitu lapisan putih (buffy
coat) sukar dilihat, intensitas warna plasma juga kurang nyata.
Tetapi
pada dasarnya, pemeriksaan hematokrit menggunakan metode makro (wintrobe) dan
metode mikro terdapat perbedaan pada cara kerjanya, tetapi pada hasilnya tidak
terdapat perbedaan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa pada pemeriksaan hematokrit dengan menggunakan metode makro
(winstrobe) dan metode mikro, keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan. oleh
karena itu, untuk melakukan pemeriksaan hematokrit bisa menggunakan salah satu
metode tersebut.
3.2
Saran
Saya
sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) ini masih banyak kekurangan maka dari itu penulis mengaharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca, tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan dorongan dari semuanya sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga dengan disusunnya
karya tulis ilmiah ini dengan judul “Pemeriksaan
Hematokrit Metode Makro (Winstrobe) dan Metode Mikro” dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata R,
1984. Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Wirawan.R,1992.
Pemeriksaan : Laboratorium Hematologi Sederhana. Jakarta: FK VI – RSCM
http://google.com
http://wikipedia.com
http://noerhayati.wordpress.com/2008/06/02/Hematokrit